Laman

Sunday, December 13, 2009

Catatan tentang dirimu, boneka beruang itu darimu bukan?

Saat melirik boneka beruang kecil dengan pita putih bergaris-garis merah aku lalu tersentak, tak begitu kaget memang, tapi ingat akan sesuatu, ralat: seseorang. Membuat tak karuan, cukup untuk membuat hati kelut, dua jiwa di dalam bergemelut, dan hampir aku tersulut, memecah emosi menjadi untaian kata tak berjiwa. Kugenggam keras boneka tak bersalah itu, ingat akan seorang wanita, seorang yang memberinya. Dan asal kau tahu, aku tidaklah marah atau kesal terhadapnya, semua rasa ini lebih mencitrakan rindu, sebuah kerinduan yang begitu besar, yang bahkan akupun tak sanggup menahannya, sampai tersungkur dan memelas tertiban kerinduan sendiri.

Bodohnya, aku baru saja bertemu dengan dia. Bertemu perempuan yang menjadi sandaranku di saat lelah, yang menjadi psikiater saat aku galau, yang telah memberiku senyuman paling indah di dunia, yang telah tulus mengatakan “aku cinta kau”. Semua terjadi dulu. Dulu sekali.

Dan tahukah? Engkau memang wanita kedua, tapi kau cinta pertama dalam hidupku yang singkat. Dan lagi, tahukah, kini gurat wajah terlihat jelas, mengkerut dahiku, mata mulai basah, dan tangan mengepal keras, sampai deret gigi atas dan bawah saling gigit penuh amarah. Dan sekali lagi, belum pernah kurasa rindu yang begitu tinggi, yang tak terlihat dari bumi, mungkin disana, tinggi sekali, diatas jangkauan mata makhluk yang sangat biasa sepertiku. Sungguh.

Masih terpikir bagaimana cerobohnya diri stelah kini mengulas memori memori berdua. Ya, denganmu tentunya.

Dan bagaimana bisa aku melepas makhluk yang (hampir) sempurna sepertimu. Yang selalu bilang “biasa saja ah, jangan berlebihan!” tak tahukah kau begitu lengkap. Semua kau punya, setidaknya semua yang kubutuh ada padamu.

Pertanyaan ini mungkin terdengar bodoh, sama seperti “Dapatkah anjing terbang di langit?” dengan jawaban yang absolut, “tentu tidak”

Tapi tetap harus kutanyakan

“Dapatkah aku kembali bersamamu?”

Lihat, aku seperti anjing yang mengemis sayap untuk dapat terbang di langit yang begitu indah. Ironis. Seorang makhluk hina merindukan keindahan langit yang tiada tara. Tanpa batas, tinggi, tenang, cantik, dan biru.

Semua tadi bukan rayuan, tapi gambaran perasaan yang kutulis dengan sangat berlebihan. Hiperbolis? Ya itulah aku, maksudku.. sudahlah!

Aku sendiri tak tega membiarkan jemari menulis hal bodoh macam ini, bagai banci yang pertama kali jatuh cinta! Sampah memang! Maaf kalau membuatmu terganggu, sekarang kembalilah tidur, lanjutkan mimpi indahmu tadi. Dan kalau sempat, fikirkan sedikit tentang aku, yang sekarang telah menjelma menjadi budak.

Dan kau ingat Pupup, haha nama lucu yang kau berikan pada boneka itu

Hey cinta, boneka beruang itu darimu bukan?


Penulis: S.Adji Putusetia

Ditulis pada 14 Desember 2009

No comments:

Post a Comment