"Astagfirullah!" Kardi terkejut ketika menemukan jempol manusia di lantai gerbong dua belas.
..................
Aswin lari ketakutan. Sapunya tergeletak saja di gerbong dua belas.
..................
Hari ini, gerbong dua belas, Kardi menemukan sepotong lengan di kursi kedua dari depan, secuil jempol di kursi ketiga dari belakang, kepala di atap, serta potongan-potongan lainnya di seluruh gerbong.
..................
Ketika Aswin menyapu gerbong dua belas pagi itu, tanpa sengaja sapunya menyepak sepotong betis di kolong kursi kelima sebelah kanan dari depan.
..................
"Mana, mas mayatnya?" "Noh, di meja pak Kardi,". Kardi dan rekan-rekannya mencoba menerka-nerka mayat siapakah ini? Aswin si tukang sapukah? Atau Umar si tukang tahu? Pertanyaan mereka kemudian berkembang menjadi; siapa yang memutilasi mayat ini?
..................
Umar baru saja membuka keranjang tahunya ketika ia menyadari bahwa keranjangnya bukan berisi tahu, melainkan potongan-potongan tubuh. Umar panik. Ia segera memencar potongan-potongan ke seluruh gerbong. Lalu ia pulang menemui Istrinya.
..................
Anton yang bertubuh gempal dan pendek bangun dengan malas lalu segera menuju mushala untuk shalat subuh. Pagi yang begitu dingin membuatnya sedikit menggigil saat mengambil air wudhu.
..................
Laki-laki itu marah besar saat mengetahui keranjang-keranjang tahunya belum diangkut ke dalam pick-up. Ia tambah marah setelah melihat jam, pukul setengah lima.
..................
Anton sudah kebal oleh semburan bosnya. Sebagai pembantu, pikirnya, sudah sewajarnya ia menerima semburan-semburan keras macam itu. Sambil sesekali menguap, Anton mengangkuti keranjang-keranjang tahu ke pick-up untuk nantinya kemudian akan dijajakan di kereta serta stasiun. Harusnya hanya ada 25 keranjang, tetapi hari ini ada 26. Peduli setan, pikrnya.
..................
Umar sedikit terlambat hari ini. Ia mengambil satu-satunya keranjang yang tersisa di pick-up milik Pak Haji Jafar. "Pas, untung lebih satu tadi, Mar," "Masa?
..................
"Kenapa diabisin, coba?!" bentak Ibu. "Kan udah dibilangin jangan diabisin, susah banget sih?!". Ibu mengambil sebatang lidi lalu memecutkannya ke betisku. Rutin
..................
"Padahal yah, Ibu cuma pingin satu hal, kamu nurut aja," ujar Ibu sembari mengikat tali sepatuku. "Kalo kamu nurut, pingin apa juga Ibu beliin deh," "Hari ini jangan diabisin jajannya," aku cuma diam.
..................
Pak Yus segera menyalakan motornya dengan terburu-buru setelah menerima SMS dari Kardi. 'ada mayat di stasiun, pak'. "Kok pagi amat, pak?" "Ada yang modar, bu di stasiun."
..................
"Bu, Yunus mana?" tanya Haji Jafar kepada istrinya. "Ada kok, mas".
..................
Istri Haji Jafar dengan tenang memasukkan potongan-potongan tubuh ke dalam keranjang tahu. "Bu, aku laper," "Iya nanti Ibu kasih tahu."
..................
Aku hanya bisa diam ketika ibu memotong-motong tubuhku. "Padahal yah, Ibu cuma pingin satu hal, kamu nurut aja,"
penulis: bimo.s.hutomo
ditulis pada 13 Desember 2009
..................
Aswin lari ketakutan. Sapunya tergeletak saja di gerbong dua belas.
..................
Hari ini, gerbong dua belas, Kardi menemukan sepotong lengan di kursi kedua dari depan, secuil jempol di kursi ketiga dari belakang, kepala di atap, serta potongan-potongan lainnya di seluruh gerbong.
..................
Ketika Aswin menyapu gerbong dua belas pagi itu, tanpa sengaja sapunya menyepak sepotong betis di kolong kursi kelima sebelah kanan dari depan.
..................
"Mana, mas mayatnya?" "Noh, di meja pak Kardi,". Kardi dan rekan-rekannya mencoba menerka-nerka mayat siapakah ini? Aswin si tukang sapukah? Atau Umar si tukang tahu? Pertanyaan mereka kemudian berkembang menjadi; siapa yang memutilasi mayat ini?
..................
Umar baru saja membuka keranjang tahunya ketika ia menyadari bahwa keranjangnya bukan berisi tahu, melainkan potongan-potongan tubuh. Umar panik. Ia segera memencar potongan-potongan ke seluruh gerbong. Lalu ia pulang menemui Istrinya.
..................
Anton yang bertubuh gempal dan pendek bangun dengan malas lalu segera menuju mushala untuk shalat subuh. Pagi yang begitu dingin membuatnya sedikit menggigil saat mengambil air wudhu.
..................
Laki-laki itu marah besar saat mengetahui keranjang-keranjang tahunya belum diangkut ke dalam pick-up. Ia tambah marah setelah melihat jam, pukul setengah lima.
..................
Anton sudah kebal oleh semburan bosnya. Sebagai pembantu, pikirnya, sudah sewajarnya ia menerima semburan-semburan keras macam itu. Sambil sesekali menguap, Anton mengangkuti keranjang-keranjang tahu ke pick-up untuk nantinya kemudian akan dijajakan di kereta serta stasiun. Harusnya hanya ada 25 keranjang, tetapi hari ini ada 26. Peduli setan, pikrnya.
..................
Umar sedikit terlambat hari ini. Ia mengambil satu-satunya keranjang yang tersisa di pick-up milik Pak Haji Jafar. "Pas, untung lebih satu tadi, Mar," "Masa?
..................
"Kenapa diabisin, coba?!" bentak Ibu. "Kan udah dibilangin jangan diabisin, susah banget sih?!". Ibu mengambil sebatang lidi lalu memecutkannya ke betisku. Rutin
..................
"Padahal yah, Ibu cuma pingin satu hal, kamu nurut aja," ujar Ibu sembari mengikat tali sepatuku. "Kalo kamu nurut, pingin apa juga Ibu beliin deh," "Hari ini jangan diabisin jajannya," aku cuma diam.
..................
Pak Yus segera menyalakan motornya dengan terburu-buru setelah menerima SMS dari Kardi. 'ada mayat di stasiun, pak'. "Kok pagi amat, pak?" "Ada yang modar, bu di stasiun."
..................
"Bu, Yunus mana?" tanya Haji Jafar kepada istrinya. "Ada kok, mas".
..................
Istri Haji Jafar dengan tenang memasukkan potongan-potongan tubuh ke dalam keranjang tahu. "Bu, aku laper," "Iya nanti Ibu kasih tahu."
..................
Aku hanya bisa diam ketika ibu memotong-motong tubuhku. "Padahal yah, Ibu cuma pingin satu hal, kamu nurut aja,"
penulis: bimo.s.hutomo
ditulis pada 13 Desember 2009
anjir bim, gua ga ngerti apa maksudnya tapi gua suka banget siah! keep posting bray! :D
ReplyDelete