Saat kau membaca akan tulisan ini, aku pasti tak seperti dulu lagi. Aku pernah hidup di sana. Karena satu orang dan kejadian, titik balik, dalam hidupku mulai terlihat jelas, masih samar memang, tapi aku yakin beberapa saat lagi akan menjadi sangat jelas, begitu jelas. Aku tak sabar menanti saat itu, saat aku menjadi manusia yang baru. Saat aku terlahir kembali. Suci. Mulai dari nol lagi.
Kau tahu aku yang dahulu. Aku yang selalu dirisaukan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi-Nya. Tentang apakah kita hanya sekadar eksperimen ataukah hiburan belaka bagi-Nya. Aku yang tak pernah mau mengikuti jalanmu dan perjalananmu. Aku yang tak mau tahu tentang apa yang kupelajari dahulu saat masih anak-anak. Aku yang lupa bahwa aku lahir atas kehendak-Nya dan di bawah naungan-Nya.
Aku, darahku. Yang dulu kupercaya ada karena dan atas sebuah sistem yang kuanggap paling rasional. Sesuatu yang dapat diterima oleh akal manusia secara fundamental. Sesuatu yang otomatis terjadi dan hancur. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dengan iman, dengan aroma surgawi.
Lalu kau datang, dan kita lakukan lagi perbincangan tengah malam kita. Kali ini hanya dua jam. Kau secara mengejutkan, tanpa disangka, memberiku satu rahasia. Bahwa aku tidak pernah tahu apa sesuatu itu. Apa yang membuatku selalu risau di masa awal dewasaku. Lalu kau beri satu solusi yang kuabggap amat jitu. Kau sarankan aku untuk menjalani saja kepercayaan yang telah aku anut sejak aku menjadi fetus. Tanpa satu pertanyaan apapun. Tanpa keraguan.
Inilah titik yang selalu kudambakan. Kau persembahkan itu ke hadapanku. Kau sajikan dengan satu logika yang cocok dengan semua pengertianku selama ini. Titik inilah yang telah menjawab sejuta pertanyaanku tanpa harus membuatku mengajukan pertanyaan baru. Berkat kau, sahabatku. Kau telah mengembalikan imanku.
ditulis oleh bimo.s.hutomo
No comments:
Post a Comment