Laman

Monday, December 13, 2010

Narasi yang Tabu Untuk Diceritakan Ulang Kepada Anakmu Kelak

Untuk gila yang tak bertuan

Berikut kisah singkat petualanganku di Negeri Si Manis Tunduk, 21 September 2060



_______________________________________



Aku singgah di negeri Si Manis Tunduk, negeri yang tak akan menerima satupun insan bernama lelaki. Seluruh penghuni adalah wanita yang secara gamblang melabel diri mereka sangat membenci segala hal yang berkaitan manusia keturunan Adam tersebut. Mereka hanya berinteraksi dengan jenis kelamin sesamanya, tanpa harus melibatkan seorang lelaki untuk dijadikan bagian dari pergaulannya. Ya, pantas saja, di kerutan dahi mereka tertulis: "Laki-Laki Laknat Dalam Kehidupanku" (sepertinya tulisan itu terlalu panjang buat ditulis di dahi, mengapa tak disablon di kemeja kalian saja?)

Di setiap rumah mereka diputar lagu-lagu beraliran slow ballad tentang keputusasaan, tentang cinta, tentang muak.



Kurang lebih begitu....sebelum kedatanganku ke mari.





Mengapa nama negeri ini Negeri Si Manis Tunduk? Mengapa mereka tidak menamakan negeri mereka dengan sentuhan pencitraan perempuan, seperti Negeri Seribu Kembang Cantik, atau mungkin, Negeri Para Putri-Putri Mempesona? Walaupun sejujurnya, penampilan berpakaian mereka sama sekali tidak menggunakan gaun lucu, kemeja androgini, ataupun T-shirt bermerk blah-blah-blah. Rambut-rambut yang tidak terlalu berkilau seperti pemuja salon pada umunya. Kulit mereka tidak bersinar seperti iklan-iklan kosmetik di media. Tidak ada setitikpun sapuan bedak pada pipinya. Bibir yang kering tanpa gincu. Apa sekarang perempuan sedang mencari jati diri mereka yang baru, sehingga mereka akan menghilangkan kebiasan mereka untuk malu masuk sekolah saat potongan poni mereka kependekan? Apa perempuan kini sedang mencari hobi baru selain mengosongkan perut-perutnya ketika timbangan badannya naik setengah kilo? Apa perempuan sedang mencari arti kecantikan yang lain selain menggerutu jika menemukan beberapa jerawat pada wajahnya ketika mereka bercermin? Apakah mereka telah mempunyai rutinitas yang lebih menyenangkan daripada memesan segelas capucinno dengan kawan-kawan sambil bergosip berjam-jam tanpa kesudahan?

Betapa satir sekali pernyataanku barusan, Kawan. Aku masih bingung mengapa mereka harus menutup diri mereka rapat dari manusia bernama laki-laki.



Hingga pada suatu senja, seorang perempuan dengan mata sembap, memberikan aku secarik kertas berisi puisi yang dalam satu sekon kedipan mata dapat memecah belah semua kebingungan yang berhuru-hara di otakku:



Selamat datang di Negeri Si Manis Tunduk, Kami menakan negeri ini Si manis Tunduk, karena kami adalah sekumpulan wanita yang selalu menunduk.

Dalam kata lain, kami putus asa.

Mengapa kami tidak ingin melibatkan lagi seorang lelaki di dalam kehidupan kami? Kami membencinya! Mereka yang menyebabkan keputusasaan kami! Mereka yang membuat kami kesibukan untuk menahan kembali air mata kami masuk ke dalam kerongkongan.

Lihatlah bagaimana mereka membuat kami terbang tinggi pada titik awal pertemuan kami dengan mereka. Mereka berbuat sungguh manis kepada kami, selayak menuangkan sebotol anggur mewah pada cawan kami dengan sopan dan elegan: memberikan kesan yang memikat dan menjanjikan untuk saling mendalami.

Mereka memperlakukan kita dengan kelas istimewa sambil melemparkan janji-janji yang sampai mati mungkin tak akan terbayar lunas . janji-janji itu kini menjalar banyak dan penuh menjadi komitmen. Sehingga berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun, kami akan mengklaim dengan penuh percaya diri bahwa

bahwa mereka adalah orang yang tepat buat kami

bahwa mereka adalah pasangan hidup yang kami cari selama ini.

Kamu tahu akhirnya bagaimana, Kawan? Seperti sebuah elegi. Elegi. Tragis. Mereka memang tak akan melunasi janji mereka untuk tetap menjadi penghuni setia di hati kita yang sudah jatuh tenggelam dalam lautan hatinya.

mereka pergi tanpa pamitan.

mereka memutuskan seenaknya.

mereka lupa bahwa kami pernah menjadi bagian dari sepenggal bulan sabit bermalam-malam

mereka lupa pernah menyampahi kami dengan beberapa serapah cinta, yang kami kira adalah cinta-cinta yang akan kami miliki hingga usia kami senja, tetapi ternyata malah tersapu hujan dengan begitu mudahnya.

Padahal kami sudah korbankan ini itu.



Inilah sebabnya mengapa kehidupan kami monoton: dengan sentuhan irama berpartitur minor, atau lagu-lagu beraliran ballad yang bertemakan patah hati. Patah hati. Patah. hati. Patah.


_________________________________________________________



28 September 2060, aku kembali bertualang ke Negeri Si Manis Tunduk

Sambil membawa sebuah mesin komputer portabel



Selama lebih dari dua hari aku uring-uringan untuk memikirkan bagaimana caranya mengembalikan kehidupan mereka menjadi normal dan wajar seperti wanita umumnya. Aku memikirkan bagaimana cara mereka mengubur masa lalu mereka tentang pahitnya ditinggalkan lelaki yang dicintai. Di sisi lain, aku menemukan sebuah strategi esensi yang lebih penting: Bagaimana cara mereka bisa bangkit dari kondisi tak menentu ini, tetapi jangan sampai mereka kapok dengan yang namanya percintaan. Mengapa begitu? Karena kita, manusia, diciptakan berpasangan dan dianugrahi mata hati untuk mengenal cinta, kemudian membagi perasaan itu kepada generasi-generasi berikutnya seghingga membentuk siklus kehidupan yang paling mahadasyhat. Cinta bisa didapat dengan gratis, mengalir, tanpa embel-embel materi. Begitulah cinta hakiki. Satu lagi yang harus aku ulang selama seribu kali, bahwa kita memang berpasangan.



Aku harus menemukan mereka dengan jodoh mereka, lalu mereka bisa mendapatkan satu yang pasti tanpa harus melewatkan proses pencarian sehingga mereka harus merasakan lagi kepahitan akan ketidakcocokan antara ekspektasi dengan kenyataan. Mereka tak perlu lagi patah hati dan menangis bergalon-galon atas lelaki yang menyakiti hatinya hingga mereka kehilangan gairah hidupnya. Mereka akan kujamin dapat jodoh yang memang sudah ditakdirkannya, sehingga apa yang akan mereka jalani kelak akan berakhir pada kepastian ikatan dan janji-janji yang lunas.

________________________________________________________



Aku berjalan ke tengah alun-alun di negeri itu. "Attentie, Attentie!" Aku berseru dengan keras. Seluruh penghuni perempuan di sekitarku menoleh dan memperhatikan aku dengan tatapan penasaran yang memburu dari atas sampai bawah.

Kemudian, aku keluarkan mesin portabel berlayar itu di depan mereka. Merkea tambah penasaran, kemudian sekejap maju mendekatiku sampai akhirnya mengelilingiku. Kira-kira ada sebelas orang yang berinisiatif untuk maju duluan.



Aku berdeham, lalu berkata dengan suara nyaring, "Wahai, Para perempuan. Di sinilah akhir keterpurukan kalian. Ayo, berkumpul! Aku telah menciptakan penemuan baru yang paling ditunggu-tunggu di seluruh negeri, terutama untuk kalian yang ingin menemukan kepastian dalam bercinta. Bersiap-siaplah!"



Semakin banyak perempuan yang kualihkan perhatiannya, bahkan banyak yang bermunculan keluar dari dalam rumahnya. Jumlah perempuan yang berkumpul di alun-alun yang awalnya hanya belasan kepala kini merambah menjadi tiga puluh lebih. Mereka menatapku dengan tatapan sejurus yang kosong dengan lingkar mata sembap dan kulit kusam; sungguh perpaduan yang tidak bergairah dan sungguh mencirikan "broken-aching-heart-symptom"



"Apa yang akan kamu lakukan dengan alat itu? Apa pengaruh yang akan kamu berikan kepada kami dengan mesin itu?" sahut seorang perempuan muda yang sepertinya memiliki usia sebaya denganku.



"Kalian akan menemukan lelaki yang tepat buat dijadikan pasangan. Kalian bisa menemukannya di mesin ini." jawabku dengan gaya seperti salesman yang trampil mepromosikan dagangannya. Aku kemudia menaruh mesin itu di atas tanah, kemudian berjongkok untuk dapat mengoperasikan mesin tersebut. Seluruh wanita itu pandangannya tajam, memburu, kebingungan, seperti menggapai-gapai misteri di mataku; mereka kini mengerubungiku dengan cara yang tidak sopan, seperti tatapan meremehkan dari seorang pelanggan kepada salesman yang menawarkan dagangan butut. Tapi bisa kulihat dari tatapan mereka bahwa mereka belum sepenuhnya percaya dengan apa yang baru saja aku gemborkan di hadapan khalayak, bahkan bisa kulihat sekarang beberapa perempuan itu saling berbisik satu sama lain dengan kata-kata gemuruh yang kuyakin adalah sebuah lontaran ejekan atau pernyataan kemustahilan. Mereka sekarang memandang sinis ke arahku.



"Jangan mentang-mentang kami ini perempuan-perempuan yang patah hati dan sudah menyerah, kemudian kamu datang untuk membodohi kami!" kata salah satu perempuan yang ebrbaju merah lusuh dengan celana yang lututnya disilet-silet.



"Iya! Dasar, perempuan dari negeri seberang! Jangan membodohi kami atau menipu kami dengan mengatakan bahwa alat bodohmu itu bisa menemukan kami dengan jodoh kami!" Kali ini seorang perempuan yang kira-kira berumur tigapuluhan ikut menyuarakan ketidakpercayaannya dengan tangan yang mengepal ke atas. Perempuan-perempuan yang lain ikut bersorak setuju dengan perempuan berkepala tiga tersebut. Mereka semakin garang. Bisik-bisikan sarkastik yang bergemuruh kini bercampur sorakan-sorakan sekitar: "ya, betul! kamu kira kita bodoh!" atau "dasar kau!"



"Kamu kira kami dungu!"

"ya, betul!"

Mereka semua berbaris serentak maju ke arahku dengan tatapan membunuh. Aku mendadak kaget dengan perubahan reaksi mereka yang kini mejelaskan bahwa mereka tidak suka kepada kedatanganku. Aku semakin terhimpit mundur seiring mereka tetap maju seperti menodongkan pisau ke arahku.



Aku berpikir. Berpikir. Berpikir. Berpikir. Bagaimana caranya aku bisa meyakinkan mereka supaya tidak berlaku liar terhadapku? Aku yakin bahwa wanita mempunyai sisi lain yang kasar pada dalam dirinya terlebih ketika mereka merasa diganggu. Apalagi, jumlah mereka telah membentuk gerombolan. Aku memejamkan mata dengan perasaan takut hingga mulutku berkomat-kamit untuk berdoa. Tuhan, beri aku ide.

Eureuka! Beberapa detik aku memutar otak, aku mendapatkan jawaban yang pas untuk menghapus semua ketidakpercayaan perempuan-perempuan itu. Otakku menangkap ide di ujung pikiran yang menemukan aku akan jalan terakhir bagaimana aku bisa mempromosikan mesin pencari jodoh yang telah aku rakit berhari-hari.



"Attentie, attentie! Kuangkat tanganku sebagai sinyal alihan agar mereka bisa berhenti menghimpit langkahku yang berjalan mundur.

Mohon tenang sejenak, para perempuan. Tunjukkan sisi lembutmu.

Sebagaimana Tuhan sudah menyiapkan pasangan yang tepat untuk kamu miliki dan jalani hingga akhir hayat kelak

Sebagaimana kamu butuh mencari hingga melewati proses yang pahit dan menyakitkan.


na-na-na-na-na-na

Kudengar lagu-lagu bertemakan patah hati di setiap penjuru rumah kalian, atau pada radio dan music player kalian, dengan partitur dan not-not yang minor, atau lirik-lirik lagu yang cengeng dengan kata-kata yang menusuk hatimu.

Kulihat hidup kalian urakan ketika ditinggal orang yang kalian cintai: dengan kulit-kulit kusam yang kalian tak pernah diolesi krim pelembap lagi atau air yang bersih jernih dari pegunungan yang kini keruh oleh air mata kalian

kalian tinggalkan rutinitas yang telah melekat dalam semangat hidup kalian, seperti kertas tisu yang hanya jadi hiasan penuh tong sampah di kamar kalian

Kalian menyesali hidup, seperti kapok untuk mencinta.

jangan, jangan kapok, karena pencarian kalian akan segera berakhir.

na-na-na-na-na-na"




Aku berhasil memberhentikan langkah mereka yang seperti memburu kepalaku. Mereka fokus pada setiap gerakan tubuh yang aku lakukan saat berbicara, hingga sampai aku kepada mengangkat mesin pencari jodoh tersebut ke hadapan mereka, sambil mempraktekannya dengan teliti.



"o ya oo ya oo ya,

perhatikan ini, Kawan-kawan. ini adalah mesin pencari jodoh paling mutakhir dan akurat sepanjang abad.

aku berteriak "eureuka!" ketika berhasil menciptakannya.

tekan saja tombol on, kemudian akan keluar kolom nama yang harus diisi dengan nama lengkap kalian.

Did you get it?

o ya oo ya oo ya,

Kemudain, tekan tombol enter berwarna merah setelah nama lengkap kalian ditulis.

Langkah selanjutnya, tempelkan wajah kalian pada layar mesin ini. Mesin ini akan mendeteksikan DNA dan informasi genetis lainnya pada darah dan seluruh tubuh kalian jua.

Scanning, scanning, scanning. beberapa detik kemudian,

Voila!

kalian akan mendapatkan data lengkap tentang jodoh kalian di masa depan! kalian akan mendapatkan informasi mengenai nama lengkapnya, fotonya, alamat rumahnya, hobi, cita-cita, nomor teleponnya, bahkan apa yang sedang ia lakukan saat ini.

Informasi seratus persen akurat! Kalian tak perklu bimbang, Sayang.

Jodoh kalian akan aman hingga akhirnya kalian menikah. Tenang saja, kalian tak perlu khawatir akan ditinggalkan atau dikhianati lagi berulang kali, karena orang yang muncul pada layar di mesin pencari jodoh ini adalah benar-benar calon pasangan hidupmu!

mesin ini mutakhir, sudah kubilang, bukan?

o ya oo ya oo ya,

Tunggu apa lagi! Segeralah kalian pulang ke negeri seberang, negeri asal kalian, kemudian carilah pasangan hidup kalian yang sesungguhnya.

berhentilah hidup lusuh seperti tidak punya nilai estetis sebagai wanita.

berhentilah berperan rapuh seperti hidup kalian hanya itu-itu saja

berhentilah kapok akan mencinta; karena mesin ini akan mengungkap informasi secara mendeti tentang jodoh kalian.

tunggu apa lagi, segeralah pulang ke negeri asal kalian untuk meneukan pasangan kalian

katakan padanya, "Kamu tak akan bisa ke mana-mana karena kamulah Si tepat."



tekan tombol on pada mesin, kemudian akan muncul kolom yang harus diisi dengan nama lengkap kalian.

tekan tombol enter berawrna merah, kemudian tempelkan wajah kalian pada layar

Mesin ini akan mendeteksikan DNA dan informasi genetis lainnya pada darah dan seluruh tubuh kalian jua.

scanning, scanning, scanning. beberapa detik kemudian

Voila!

Lihatlah apa gambar yang akan muncul! Jodohmu dengan segala riwayat hidup dan informasi mendetil tentang dirinya, sehingga kamu bisa menemuinya dengan mudah!"




Aku berhenti promosi. Semua diam seketika.. Para perempuan itu menunggu aksiku selanjutnya.



"Kalau begitu, siapa yang mau coba mesin ini duluan?"



"Aku!" "Aku!" "Aku!"

"Aku!" "Aku!" "Aku!"

"Aku!" "Aku!" "Aku!"

"Aku!" "Aku!" "Aku!"



mereka semua bersorak kegirangan sambil membuat barisan dan berdesak-desakan untuk mencoba mesin pencari jodoh ini; tak sabar untuk mengakhiri masa keputusasaanya, menemukan pasangan hidupnya.









----Bardjan

Dari kegilaan yang timbul di kamar mandi

No comments:

Post a Comment